“ada manusia yang sadar kalau dia
itu sadar, ada manusia yang tidak sadar kalau dia itu sadar, dan adapulah
manusia yang tidak sadar kalau dia itu tidak sadar”.
Semoga
rangkaian proposisi diatas bisa membuat kita sedikit merenung dengan apa yang
menimpa diri kita saat ini. Karena dengan begitu kita bisa mengetahui pososi
kita sebagai manusia dalam melakukan segala sesuatu.
Adalah
benar bahwa lembaga pendidikan bisa menjadi wadah untuk mencetak generasi
penerus bangsa yang berkualitas dan memiliki tujuan yang jelas, dan bisa pula
menjadi wadah untuk mencetak generasi penerus para antek-antek yang saat ini
telah berusaha menguasai dunia dengan berbagai cara, utamanya menyesatkan cara
berfikir generasi tersebut. Semua sangat tergantung pada lembaga pendidikannya
itu sendiri.
Hal
yang sangat tragis karena masih banyak diantara kita yang tak sadar dengan apa
yang menimpah diri kita sendiri. Akibatnya kita hanya bisa mencelah orang lain
ketika mereka melakukan tindakan yang “bodoh” secara terang-terangan, sedangkan
disisi lain kita juga terus mendukungnya secara diam-diam, sadar maupun tidak
sadar itulah faktanya.
Selama
ini kita dibuat beromantisme dengan keadaan yang mungkin menurut kita itu
sangat asyik tapi jika kita sadar dengan melihat hakikat yang terjadi
sebagaimana adanya maka, niscaya kita akan menemukan diri kita berada di
barisan yang sesungguhnya sebentar lagi akan menghancurkan kita sendiri. Adalah
fakta bahwa masih banyak diantara kita yang sudah terlalu lama menikmati gaya
hidup yang mestinya memiliki orientasi yang jelas tetapi karena keegoisan dan
kecemburuan yang membabi buta tanpa didasari dengan kerangka berfikir yang
sistematis akibatnya semua bentuk pengorbanan yang mereka lakukan pun ternyata
hanya stak di tingkat perhitungan saja.
Di
tempat yang lain mereka sangat lihai menghujat orang lain, dan juga pandai menyebarkan
opini bahwa mereka tidak cocok untuk berada didalam sistem yang menurut mereka
itu sangat carut marut. Tapi sayang semua itu hanyalah ungkupan yang hanya
berakhir dilisan sedangkan dalam tingkah laku, mereka tidak lebih dari seorang
pecundang sejati yang pandai menuntut hak atas semua pengorbanan yang telah
mereka berikan kepada orang lain. Ironisnya mereka sama sekali tak sadar akan
hal itu, justru malah bangga bisa melakukannya dengan sangat baik dan
sempurnah. Sehingga tak heran jika di sisi lain pula mereka justru menyempurnakan syarat-syarat untuk
menghancurkan dirinya sendiri.
Adalah
kebohongan belaka atau hal yang sia-sia jika kita sebagai generasi penerus,
terus melakukan hal-hal yang mungkin salah satuya adalah dengan berupaya keras
menjaga negara kita agar terhindar dari ancaman negara lain misalkan, yang
begitu berbahaya. Tapi disisi lain kita malah tak bisa mendeteksi ancaman yang
nyata bagi diri kita sendiri. Logika sederhanya adalah Bagaimana mungkin kita
bisa menjaga negara kita yang begitu luas ini jika kita sendiri tak mampu
menjaga diri kita dari pengaruh cara berfikir yang materialistis plus
pragmatis.
Adakah
diantara kita yang masih sadar akal itu? Disisi lain Perkembangan teknologi
bukannya membuat kita semakin cerdas, tetapi justru mala sebaliknya. saat ini
sadar atau pun tidak, faktanya bahwa bukan kita lagi mengendalikan tegnologi
tetapi kita yang justru di pebudak olehnya. Kita di buat sangat cerdas bukan
dalam hal yang positif tetapi cerdas membohongi diri sendiri.
Sekarang
apakah dalam konteks ini yang patut kita salahkan sepenuhnya adalah teknologi
itu sendiri? Sesungguhnya tidak demikian, karena kita juga tahu bahwa yang
membuatnya adalah musia juga. Dan hal yang lucu yang tak tak bisa dianggap
enteng bahwa jangan sampai prodak yang dibuat oleh manusia justru malah
memperbudak manusia itu sendiri. Semua sangat tergantung pada orientasinya masing-masing,
kita menggunakannya demi apa, kenapa dan untuk siapa.
Terlepas
dari semua itu, jika kita tak ingin terjebak pada hal-hal yang seperti itu maka
langkah awal yang harus kita lakukan adalah membentuk kesadaran diri agar kita
benar-benar sadar dengan apa yang menimpa diri kita. Baru kemudia membenahi
cara berfikir, karena tak bisa dipungkiri bahwa apa yang kita perbuat dan
lakukan semua sangat tergantung dari cara berfikir kita. Untuk menghancurkan
seseorang, tak perlu harus menghabiskan tenaga untuk memukulinya. Cukup dengan
mempengaruhi dan menghancurkan cara berfikirnya itu sudah cukup. begitupun
ketika hendak merubah perilaku seseorang yang dari awalnya dia jahil menuju
kebaikan, maka cukup lakukan hal yang sama. Sudah cukup selama ini kita disesatkan
dengan cara berfikir kita sendiri. Sekarang saatnya untuk bangkit dan
membenahinya. Agar dengan begitu, mata kita bisa terbuka lebar untuk melihat
apa yang seungguhnya telah terjadi dudunia ini.
Oleh: ISMAIL SAMAD
Pemerhati Politik FISIP Universitas
Muhammadiyah Jakarta dan Kader Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) FISIP UMJ